Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Sebut Angka Sebenarnya Jauh Lebih Tinggi
Sabtu, 18-04-2020 - 10:03:54 WIB
Washington, Liputanonline.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengomentari China yang merevisi jumlah kasus dan kematian karena virus Corona di kota Wuhan, tempat dimulainya pandemi Corona.
Trump mengatakan bahwa angka kematian sebenarnya di China masih jauh lebih tinggi dari revisi yang disampaikan tersebut.
"China baru saja mengumumkan dua kali lipat jumlah kematian mereka akibat Musuh yang Tak Terlihat. Itu jauh lebih tinggi dari itu dan jauh lebih tinggi dari AS, bahkan tidak mendekati," tulis Trump dalam cuitan di Twitter seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (18/4/2020).
Trump tampaknya mengacu ke revisi jumlah kematian di Wuhan yang meningkat sebesar 50 persen, meski bukan dua kali lipat seperti yang disebut Trump.
Pada Jumat (17/4), otoritas Wuhan telah menambahkan 1.290 kematian dalam data resminya, sehingga kini total kematian karena virus Corona mencapai 3.869 kematian. Wuhan juga menambahkan 325 kasus sehingga kini jumlah kasus infeksi Corona mencapai 50.333 kasus.
Otoritas Wuhan mengakui adanya kesalahan dalam penghitungan jumlah kematian dan mendadak menambah korban jiwa 50 persen lebih tinggi dari angka yang selama ini dilaporkan. Langkah otoritas Wuhan ini dilakukan seiring meningkatnya keraguan dunia mengenai transparansi China atas wabah Corona.
Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa banyak negara lain bisa saja melakukan hal yang sama setelah berhasil mengendalikan krisis wabah ini. Menurut WHO, Wuhan telah kewalahan dengan virus Corona yang muncul di kota itu pada Desember 2019. Pihak berwenang setempat terlalu kewalahan untuk memastikan setiap kematian dan kasus infeksi dicatat dengan benar.
"Ini adalah sesuatu yang merupakan tantangan dalam wabah yang sedang berlangsung: mengidentifikasi semua kasus Anda dan semua kematian Anda," kata Maria van Kerkhove, koordinator teknis COVID-19 WHO pada konferensi pers virtual di Jenewa, Swiss, seperti dilansir kantor berita AFP.
"Saya akan mengantisipasi bahwa banyak negara akan berada dalam situasi yang sama di mana mereka harus kembali meninjau catatan dan meneliti untuk melihat: apakah kita telah mencatat mereka semua?" tandasnya.
Sumber:
Detik.Com
Komentar Anda :